Libur akhir tahun kali ini kacau karena syarat tes usap yang mendadak. Ribuan tiket penerbangan ke Bali dibatalkan dan kerugian ratusan milyar. Gubernur Bali Wayan Koster dihujat di media sosial, padahal surat edarannya berdasar petunjuk pusat.
Putu Setia | @mpujayaprema
Inilah Natal yang paling heboh. Tapi bukan ritualnya. Juga bukan urusan boleh tidaknya mengucapkan Selamat Natal. Atau soal topi Santa yang dipakai pekerja pasar swalayan. Mudah-mudahan itu sudah kedaluwarsa. Heboh kali ini adalah soal liburnya.
Libur Natal ternyata urusan segala umat, bukan cuma yang merayakan. Umat yang masih punya tabungan meski dilanda pandemi hampir setahun. Umat yang tak pusing dengan bantuan sosial, namun pusing jika berdiam diri di rumah. Mereka kini merencanakan liburan di saat umat Nasrani merayakan Natal.
Seperti biasa sejak lama, libur Natal bersambung ke libur Tahun Baru. Pemerintah pun merancang cuti bersama yang lumayan jumlahnya. Namun, dengan alasan Covid-19 yang masih ganas, kedua cuti bersama ini direvisi untuk dipecah. Usai Natal harus bekerja lagi tiga hari sebelum ketemu cuti bersama Tahun Baru.
Ternyata itu tak ada pengaruhnya bagi umat ber-uang banyak. Sudah pesan tiket pesawat dan hotel jauh-jauh hari, mereka tetap saja mau berlibur. Tiga hari masuk kerja di tengah-tengah liburan bisa disiasati dengan berbagai cara. Misalnya, cuti beneran. Terus apanya yang heboh? Ada peraturan baru bahwa setiap yang berlibur ke daerah yang masih zone merah, harus melampirkan “surat bebas corona”. Daerah itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Bali. Mereka yang berkunjung ke daerah ini harus mengikuti tes usap PCR jika naik pesawat udara, dan rapid tes antigen jika lewat darat. Tes itu harus dilakukan dua hari sebelum perjalanan dan berlaku sejak 18 Desember kemarin sampai 4 Januari tahun depan.
Kalau uang ada, apa arti biaya untuk tes usap itu? Kenapa bisa heboh? Ini bukan sekadar uang, meski alasan itu tetap relevan karena harga tiket dengan masa promosi lebih murah ketimbang biaya tes usap. Masalahnya, ada yang mengaku libur dengan anak-anak kecil, yang ketakutan jika di tes usap. Lagi pula keputusan tes swab itu sangat mendadak. Diputuskan dalam rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Rabu lalu. Gubernur di wilayah zone merah langsung membuat surat edaran dan syarat itu berlaku sejak Jumat kemarin.
Paling heboh di Bali. Pengusaha dan karyawan hotel sudah bersiap menyambut tamu domestik. Denyut wisata Bali dipastikan segera datang. Memang, di kawasan wisata sudah mulai ramai dan virus corona pun mulai dilupakan orang, meski protokol kesehatan terus dikumandangkan. Tiba-tiba Bali dinyatakan zone merah dan angka penambahan positif Covid-19 melonjak naik. Di bulan November yang positif masih di bawah 400 lalu di awal Desember naik jadi 880 kasus. Di mana penyebaran? Ternyata ada kampus Politeknik Transportasi Darat di sebuah desa di Kabupaten Tabanan yang 248 mahasiswanya positif Covid-19. Gubernur Wayan Koster dianggap gagal menjelaskan bahwa kluster itu jauh dari kawasan wisata. Maka Bali terkena persyaratan tes usap bagi pelancong yang mau berlibur.
Akibatnya, menurut Ketua PHRI Hariyadi Sukamdani, ada 133 ribu tiket yang dibatalkan menuju Bali. Nilai transaksinya fantastis sampai Rp 317 miliar. “Sedangkan impact ke ekonomi Bali Rp 997 miliar,” ujar Hariyadi.
Kini, Gubernur Koster dihujat habis-habisan. Padahal surat edaran yang dibuatnya atas perintah Menko Luhut Binsar Pandjaitan. Lagi-lagi corona sulit dilawan. Bisa jadi kita melawannya kurang kompak dan tak jelas apa prioritasnya, kesehatan ataukah kebangkitan ekonomi. Libur Natal pun jadi heboh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar