Pandita Mpu Jaya Prema Ananda

Untuk kedamaian dari Rumah Budaya Pasraman Manikgeni, Pujungan, Tabanan, Bali

Selasa, 31 Desember 2019

Ritual Pengerapuhan, Ngelungah, dan Ngelangkir dari pertemuan Pandita Mpu Garis Penabean Dwi Sari

›
Sabtu, 28 Desember 2019

2020

›
Putu Setia | @mpujayaprema Apa rencana kalian di tahun 2020 nanti? Pertanyaan yang klise tapi tetap menjadi obrolan menarik. Seolah-olah ...
Sabtu, 21 Desember 2019

Selamat Natal

›
Putu Setia | @mpujayaprema Hari Raya Natal dalam hitungan hari. Kepada yang merayakan perkenankan saya mengucapkan Selamat Hari Natal, se...
Sabtu, 14 Desember 2019

Bersih-bersih

›
Putu Setia | @mpujayaprema Ada gerakan bersih-bersih di Kementrian Badan Usaha Milik Negara. Menteri Erick Thohir mendapat apresiasi ...
Sabtu, 07 Desember 2019

Aklamasi

›
Putu Setia | @mpujayaprema Airlangga Hartarto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golongan Karya pada Musyawarah Nasional partai beringin ...
Sabtu, 30 November 2019

Agnez Mo

›
Putu Setia | @mpujayaprema Ada petuah bijak yang dikirim Romo Imam, sahabat lama, yang kini bermukim di Dusun  Kemuning, lereng Gunung ...
Rabu, 27 November 2019

#CariAngin @mpujayaprema Langkah Mundur

›
Sabtu, 23 November 2019

Langkah Mundur

›
Putu Setia | @mpujayaprema Kabinet Jokowi jilid 2 bernama Kabinet Indonesia Maju. Namun yang terjadi sebaliknya, bangsa ini seperti mel...
Sabtu, 16 November 2019

#CariAngin #KoranTempo @mpujayaprema SERTIFIKAT

›

Sertifikat

›
Putu Setia | @mpujayaprema Sertifikat itu penting. Apalagi sertifikat tanah. Begitu pentingnya sampai-sampai Presiden Joko Widodo sendi...
‹
›
Beranda
Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya
Pandita Mpu Jaya Prema Ananda
Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, nama yang diberikan oleh guru spiritual saya pada 21 Agustus 2009 dini hari di Pasraman Manikgeni Pujungan. Nama lahir pemberian orang tua adalah Putu Setia. Pensiun dari Majalah TEMPO sebagai Redaktur Senior, 2006. Namun, sampai saat ini saya masih menulis di Kelompok Media Tempo. Tulisan rutin di Koran Tempo Akhir Pekan di rubrik Cari Angin. Di situ masih memakai nama lama, lebih karena masalah "pasar" -- atas seizin Guru Nabe. Di luar urusan itu, nama lama tak lagi dipakai. Sahabat saya cukup menyebut Mpu saja Namun di Bali, ada sebutan khas yaitu: Nak Lingsir. Orang yang dituakan yang juga berarti yang dihormati. Salam damai untuk semua orang.
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.