Kamis, 03 September 2009

BERHUBUNGAN DENGAN PUTU SETIA

Oleh Nyoman Sukadana

Putu Setia yang sekarang sudah menjadi Brahmana dengan nama (Abhiseka) Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, adalah orang yang sangat berperan penting dalam perkembangan saya dalam perjalanan mengisi diri. Saya dikenalkan dengan beliau oleh seorang sesepuh kami pada tahun 2003. Sesepuh kami ini adalah seorang rohaniawan bernama Ketut Nedeng, ketika itu saya diminta datang dari rumah kesebuah tempat / Pura yang jaraknya sekitar 20 km, panggilan ini oleh sesepuh ini sudah saya fahami bukan sekedar perintah biasa pasti ada makna dibelakang itu bagi diri saya dan orang lain untuk hari itu dan dikemudian nanti, sehingga dengan ikhlas saya datang dan berkenalan dengan Bapak Putu Setia.

Awal perkenalan saya dengan Putu Setia - dimana saat itu beliau masih Redaktur Majalah Hindu Raditya dan juga seorang “Jro Mangku /Pinandita” yaitu tahap seseorang yang mulai masuk kedalam alam rohani dan sifatnya baru menjadi tangan-tangan Brahmana (Belum Brahmana). Hubungan ini berlanjut dan saya mulai menulis di Majalah Raditya karena memang saya merasa punya bakat dan kesenangan menulis. Saat itu ibaratnya mata air didalam diri saya yang selama ini tersimpan di bawah tanah sudah dibukakan oleh Bapak Putu setia, Dalam proses tulis menulis itu saya banyak memperoleh pelajaran jurnalistik lewat kritik pada tulisan saya, yang akhirnya saya menjadi tahu ada etik-etik tertentu. Tidak banyak kritik yang disampaikan apakah itu artinya sudah cukup atau dianggap cukup karena berikutnya saya tidak pernah dikomentari lagi, mungkin untuk standard orang yang tidak mendalami jurnalistik, maka metode penulisan saya secara standard minimal sudah dianggap cukup. Berikut beliau juga me-refer tulisan saya ke tabloid. Karena kepercayaan saya yang dalam, maka saya sampai tidak mau menulis ke Majalah sejenis (Majalah Hindu) padahal saya diminta oleh kawan di Redaksi Majalah tersebut.

Berikutnya, perjalanan Bapak Putu Setia berkembang, dan berlanjut meningkatkan diri menjadi seorang “Ida Bhawati”. Bhawati berasal dari “Bhawa = perut, di mana pada fase ini beliau sudah berada pada “Rahim Brahmana” dan siap lahir menjadi Brahmana kalau Tuhan menghendaki. Brahmana bukan keturunan tetapi adalah perjalanan rohani seseorang sesuai dengan Guna (Bakat) dan Karma (tindakan atau tugas kesehariannya). Sesuai dengan tata-krama (Sesane), maka saya juga berubah sebutan kepada beliau dengan “Ida Bhawati Putu Setia” dan komunikasi kami tidak ada masalah bisa berlanjut seperti biasa, bahkan lebih dalam karena saya juga sering minta nasehat sesuai kapasitas beliau.

Waktu berkembang dengan sangat baiknya dalam perjalanan beliau, karena pada 21 Agustus 2009 – malam telah lahir dari seorang Brahmana Pandita Mpu Jaya Rekananda sebagai Nabe Napak (yang melahirkan), didampingi oleh Nabe Waktra Pandita Mpu Jaya Prateka Tanaya, yang akan mendidik, serta Nabe saksi Mpu Dharmika Tanaya. Brahmana yang baru lahir ini diberi nama (Abhiseka): Pandita Mpu Jaya Prema Ananda. Kembali sebagai insan religius dan memahami tata-krama, maka saya memanggil Ida Bhawati Putu Setia dengan “Pandita Mpu”. Hubungan ini tentunya akan terus berlanjut dengan sesane dan isi komunikasi yang berbeda.

Selamat datang Mpu Jaya Prema Ananda, demikian kalimat yang pertama saya sampaikan di Facebook, “semoga semakin banyak lahir matahari-matahari kecil untuk menerangi umat manusia”

Nyoman Sukadana
Karanganyar-Solo-Jawa Tengah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar