Sabtu, 09 Februari 2019

Hari Kasih Sayang dalam Hindu

Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda
PEKAN depan, tepatnya pada 14 Februari 2019, sudah dipastikan akan menjadi hari yang heboh untuk kalangan remaja di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Itu adalah Hari Valentine yang di dunia barat dikenal sebagai Valentine Day. Sebuah hari di mana para kekasih yang sedang dimabuk cinta saling memberikan kado atau hadiah istimewa. Umumnya berupa karangan bunga. Valentine Day lebih dekat dengan umat Kristiani karena melibatkan gereja sebagai tempat kegiatan perayaan.

Apakah umat Hindu tidak punya hari kasih sayang? Ternyata punya. Bahkan maknanya jauh lebih luas karena tak hanya melibatkan para remaja atau orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Hari kasih sayang umat Hindu justru melibatkan seluruh orang tanpa memandang usia. Hari inilah hari kasih sayang itu, Saniscara Kliwon atau Sabtu Kliwon yang disebut sebagai Tumpek Krulut.
Tumpek Krulut dimanifestasikan sebagai turunnya Dewa Iswara. Inilah simbol dewa yang membawakan kasih selain dipuja sebagai dewa yang mencintai kesenian. Karena itu umumnya pada hari ini orang melakukan syukuran karena memiliki seperangkat gamelan gong atau di Bali biasa disebut “piodalan gong”. Akan halnya sebagai hari kasih sayang tentu saja tak banyak dikenal, selain memang dalam konsep Hindu kasih sayang itu harus diberikan setiap saat, bukan hanya pada hari tertentu saja.

Di benua India yang budaya agamanya berbeda dengan Bali meski pun Hindu sumbernya di sana, hari kasih sayang itu juga ada. Yakni pada hari yang disebut Raksa Banda dan Walmiki Jayanti. Pada hari itu anak-anak memberikan persembahan bunga kepada orang tuanya. Sungguh menjadi hari kasih sayang yang ditunggu-tunggu pula seperti halnya Hari Valentine.

Kasih sayang dalam ajaran Hindu pun tak sesempit dibandingkan Hari Valentien. Kasih sayang dalam Hindu tak cuma dilakukan kepada seorang kekasih, seorang pacar, seorang istri, tetapi kepada semua orang. Terutama sekali adalah kasih sayang kepada orang tua, bapak dan ibu yang melahirkan kita ke dunia ini. Kitab Sarassamucaya Sloka 241 menyebutkan:  “Orang yang menghormati dengan penuh kasih sayang kepada orang tuanya, yang membuat orang tua itu senang dan bahagia, pahalanya adalah ia akan selalu mendapat berkah dalam kehidupan ini, baik yang sekarang maupun di kemudian hari.”

Pada sloka sebelumnya (Sarassamucaya 240) sudah ditegaskan beratnya menjadi seorang ibu. “Beratnya kewajiban seorang ibu  jauh melebihi beratnya bumi, tidak dapat disangkal sepenuhnya. Juga lebih tinggi kemuliaan bapak dari tingginya langit.” Kedua orang tua inilah yang paling utama untuk diberikan salam kasih oleh seorang anak, karena keduanya itu telah melimpahkan kasih sayang yang  tak ternilai. Pada Sarassamucaya Sloka 243 disimpulkan bahwa seorang anak wajib untuk menimbulkan kesenangan kepada kedua orang tuanya dengan perbuatannya dan rasa kasih sayangnya.

Sebaliknya bagi seorang ibu kecintaan kepada anak-anaknya tidak boleh pilih kasih, apakah dia cakap atau tidak, miskin atau kaya, ganteng atau tidak, semuanya dipelihara dengan rasa cinta dan kasih. Inilah yang diajarkan dalam Hindu lewat kitab yang penuh dengan ajaran etika, Sarassamucaya.

Dalam praktek keseharian umat Hindu di Bali, hari kasih sayang itu terdapat di berbagai hari keagamaan, apakah itu pada saat piodalan atau hari besar seperti Galungan, Kuningan, Nyepi.  Kasih sayang ada saat-saat bersama baik tatkala bersembahyang maupun saat mempersiapkan persembahyangan. Berkumpulnya keluarga adalah kasih sayang itu sendiri, meski tanpa terucapkan.
Cinta kasih adalah konsep ajaran Hindu yang paling mendasar. Hidup saling sayang menyayangi bukan saja ditujukan antar manusia tetapi juga menyayangi seluruh kehidupan di bumi ini. Bhagawan Sri Sathya Narayana juga menyebutkan bahwa cinta kasih itu adalah inti dari atman, jiwa dalam raga manusia. Setiap orang adalah perwujudan dari cinta kasih dan itu menjadi kekuatan yang membawa manusia hidup bersama-sama.

Cinta kasih tak melulu hubungan antara manusia dengan Tuhan yang bersifat vertikal, yang mengajarkan bahwa sejatinya kita adalah atman yang merupakan percikan Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Namun juga hubungan horisontal antar manusia dan antar makhluk hidup. Dengan begitu hari kasih sayang memang tak harus dirayakan hanya sekali dalam setahun, tetapi setiap hari dalam setahun. Mari kita puja Dewa Iswara untuk memancarkan kesuciannya dalam memberi kasih sayang. (*)

1 komentar: