Pandita Mpu Jaya Prema Ananda

Untuk kedamaian dari Rumah Budaya Pasraman Manikgeni, Pujungan, Tabanan, Bali

Senin, 27 Mei 2019

Kepastian yang Diulur

›
Mpu Jaya Prema BEGINILAH perjalanan pemilu 2019. Pemilu yang pertama kali serentak memilih anggota legislatif dan presiden ternyata berlar...
Sabtu, 25 Mei 2019

Luka

›
Putu Setia | @mpujayaprema Di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini terjadi kerusuhan di Jakarta. Ada korban jiwa, banyak yang luka, a...
Selasa, 21 Mei 2019

Bagaimana Menempatkan Bija Dengan Benar

›
Senin, 20 Mei 2019

Tetap Rukun Usai Pemilu

›
Mpu Jaya Prema KOMISI Pemilihan Umum sesuai jadwal akan mengumumkan hasil pemilihan umum serentak pada 22 Mei lusa. Apa yang akan terja...
Sabtu, 18 Mei 2019

225

›
Putu Setia | @mpujayaprema APA yang terjadi di Jakarta 22 Mei alias 225 nanti? Kalau tidak ada sesuatu yang gawat dari alam, di gedung ...
Senin, 13 Mei 2019

Tradisi yang Tak Patut Dilestarikan

›

Pahlawan atau Korban Demokrasi

›
Mpu Jaya Prema APA sebenarnya yang terjadi? Kenapa begitu banyak petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang meninggal ...
Sabtu, 11 Mei 2019

#BahasBhagawadGita-Memaduakan Tatwa dan Pengamalan Agama

›
#BahasBhagawadGita-Tatwa dan Pengamalan Agama

Ibu Kota

›
Putu Setia | @mpujayaprema Tanpa menunggu keputusan Komisi Pemilihan Umum tentang siapa calon presiden yang memenangi pemilihan yang la...
Senin, 06 Mei 2019

Hormati Pahlawan Demokrasi

›
Mpu Jaya Prema SAMPAI akhir pekan lalu, sudah 382 petugas KPPS dan mereka yang terlibat langsung dalam pemilu serentak 2019 ini meningg...
‹
›
Beranda
Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya
Pandita Mpu Jaya Prema Ananda
Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, nama yang diberikan oleh guru spiritual saya pada 21 Agustus 2009 dini hari di Pasraman Manikgeni Pujungan. Nama lahir pemberian orang tua adalah Putu Setia. Pensiun dari Majalah TEMPO sebagai Redaktur Senior, 2006. Namun, sampai saat ini saya masih menulis di Kelompok Media Tempo. Tulisan rutin di Koran Tempo Akhir Pekan di rubrik Cari Angin. Di situ masih memakai nama lama, lebih karena masalah "pasar" -- atas seizin Guru Nabe. Di luar urusan itu, nama lama tak lagi dipakai. Sahabat saya cukup menyebut Mpu saja Namun di Bali, ada sebutan khas yaitu: Nak Lingsir. Orang yang dituakan yang juga berarti yang dihormati. Salam damai untuk semua orang.
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.