Putu Setia | @mpujayaprema
Nama aslinya lumayan bagus, I Gede Ari Astina. Tapi, pemukul drum band Superman Is Dead ini perlu nama aneh, menyesuaikan nama bandnya yang tak kalah aneh. Dipakailah nama Jerinx. Apa arti kata itu? Di dalam Bahasa Bali ada kata “jering” mengacu kepada rambut yang acak-acakan tanpa pernah kena sisir. Simbol dari orang yang tak peduli pada dirinya. Entah kalau itu yang dimaksudkan.
Tapi Jerinx peduli pada nasib orang. Ia suka membantu orang miskin, misalnya, memberi nasi bungkus kepada gelandangan. Ia pencinta lingkungan yang sangat vokal menyerang keserakahan investor mencaplok lahan yang masih asri. Postingannya di media sosial tajam dalam membela orang miskin. Ketika pengenaan masker menjadi suatu kewajiban sementara pemerintah tak membagikan masker, Jerinx menolak menggunakan masker. Ia bahkan menantang para dokter, siap menjadi sukarelawan tanpa masker menolong penderita Covid-19 di rumah sakit. “Dokter jangan menjadi kacung WHO,” tulisnya.
Di situ kesalahan Jerinx.
Ikatan Dokter Indonesia Denpasar melaporkan penghinaan ini ke polisi. Jerinx
ditangkap. Pengikutnya semakin bertambah dan meminta Jerinx terus melawan.
Setiap sidang pengadilan pengikutnya melakukan aksi, banyak yang tanpa masker,
juga tanpa jarak. Namun pada akhir sidang, Jerinx meminta maaf kepada para
dokter. Dia menyesal dan berjanji akan sopan dalam bermedia sosial. Tanpa berwajah
memelas, dia minta dihukum percobaan karena ingin menghadiahkan orangtuanya
seorang cucu. Kelahiran cucu bagi keyakinan orang Bali akan melapangkan kakek
neneknya menuju alam lain setelah kematian. Dan ibu Jerinx memercikkan anaknya
air suci.
Jerinx dihukum 14 bulan penjara,
lebih ringan dari tuntutan jaksa, yakni 3 tahun. Pembelanya merasa itu tak
adil. Pengikut Jerinx tak puas dan ingin pemusik penuh tato ini terus melawan.
Tapi Jerinx hanya diam. Dia sudah berjanji untuk mengubah prilakunya. Apakah
Jerinx kembali menjadi Gede Ari Astina, nama yang menyiratkan seorang putra
yang penuh bakti pada orang tua? Yang jelas pengikut Jerinx kecewa karena kehilangan
seorang figur untuk dijadikan pahlawan.
Apakah Jerinx atau Gede Ari
Astina akan kehilangan penggemar? Apakah dia rugi? Padahal, usai menjalani
hukuman, Ari Astina bisa tetap membagikan nasi bungkus kepada gelandangan tanpa
mengumpat pemerintah yang tak becus mengurusi rakyat jelata. Dia bisa ikut membagikan
masker tanpa harus memaki polisi pamong praja yang hanya bisa menghukum.
Sepertinya, mengutip saat dia menyampaikan permohonan dalam sidang, Ari Astina
tak peduli apa kata pengikutnya. Bahkan tak peduli masih ada pengikut fanatik
atau tidak. Yang penting dia mau mengubah “cara berjuang”-nya yang salah. Itu
juga dia buktikan dengan tidak menyalahkan hakim yang tetap mengantarkannya ke
penjara. Pendukungnya kecewa berat.
Ada banyak tokoh, termasuk yang
menyebut dirinya tokoh agama, lebih mempertahankan pengikutnya justru pada saat
dia tahu kelakuannya tidak benar. Tokoh itu memang menaikkan citra dirinya
dengan selalu menyalahkan pemerintah. Bahasanya jorok dan kasar mengikuti selera
yang diinginkan pengikutnya. Ketika punya kasus sang tokoh ngumpet beberapa
lama. Pada saat kasusnya dilupakan dia kembali ke panggung, bukannya muncul
dengan penampilan yang lebih adem, tetapi justru tambah jorok dan kasar
ucapannya. Dia lebih mempertahankan pengikutnya ketimbang sadar untuk berbuat
lebih baik. Celakanya, pemerintah pun gamang malah cenderung takut pada sang
tokoh agama, apalagi memperkarakan seperti kepada Jerinx.
(Koran Tempo 21 November 2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar