Putu Setia | @mpujayaprema
Apa rencana kalian di tahun 2020 nanti? Pertanyaan
yang klise tapi tetap menjadi obrolan menarik. Seolah-olah begitu kalender
bulan Desember habis, kita harus punya rencana yang pasti. Tanpa ada rencana,
tahun baru hanya berlalu dengan kuping yang capek mendengar bunyi petasan dan
kembang api.
Menikah di tahun 2020 sebuah keberuntungan karena indah
untuk dikenang. Apalagi kalau tanggalnya tepat 20 Februari akan punya angka
sakti 2022020. Tapi tanggal itu akan merepotkan karena tak ada waktu untuk
mengikuti Kursus Pranikah sebagai persyaratan untuk mendapatkan Sertifikat
Perkawinan. Mulai 2020 tak hanya punya tanah yang harus memiliki sertifikat,
punya istri juga butuh sertifikat.
Beruntunglah yang sudah menikah dan istrinya lagi
hamil besar. Boleh dirancang untuk melahirkan di tanggal-tanggal cantik itu.
Pilihan menarik ada pada 2 Februari dan 20 Februari. Ada yang memprediksi angka
kelahiran di tanggal yang istimewa itu akan banyak dilakukan. Tentu dengan
merekayasa lahirnya sang bayi dengan teknik sesar.
Karena itu BPJS sudah mengantisipasi soal rekayasa ini.
Kelahiran sesar di tahun 2020 diperlakukan dengan persyaratan ketat, hanya
karena alasan kesehatan. Selama ini nampaknya BPJS kecolongan. Ibu yang
seharusnya melahirkan secara normal bisa lewat sesar yang biayanya jauh lebih tinggi.
Di sektor ini BPJS menyumbang defisit yang besar. Kini ada banyak perubahan
kebijakan yang dilakukan BPJS setelah kabinet jilid 2 Jokowi terbentuk. Selain
mengevaluasi cara-cara penanganan pasien yang diduga “ada main” dengan dokter
atau rumah sakit setempat, kebijakan yang banyak diprotes adalah kenaikan iuran
sampai dua kali lipat.
Ada benarnya defisit BPJS yang terus membengkak karena
pengawasan yang kendor di sektor terdepan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat I,
yang ada di Puskesmas dan sejumlah dokter swasta. Mudah memberi rujukan ke
Faskes Tinggat II. Di sisi lain, peserta BPJS kelas 1 yang iurannya kini
menjadi Rp 160 ribu perbulan sudah lama kecewa karena jika dirawat inap di
rumah sakit tidak mendapatkan kamar yang sesuai kelasnya. Alasannya sangat
klasik, kamar penuh. Ini yang
menyebabkan banyak peserta BPJS kelas 1 yang turun kelas. Apakah defisit BPJS
bisa teratasi?
Jadi, jangan sakit di tahun 2020, karena nampaknya
BPJS tak akan berubah banyak dari sisi pelayanan, meski pun iurannya naik 100
persen. Jangan pula merekayasa kelahiran dengan memaksa operasi sesar untuk menyesuaikan
dengan tanggal-tanggal yang dianggap istimewa. Biarkan persalinan dilakukan
secara normal karena menurut para tetua kita, si jabang bayi menentukan sendiri
hari kelahirannya dan dari hari yang dipilihnya itu tercermin bagaimana
wataknya.
Lalu, apa dong rencana kalian di tahun 2020? Mungkin
jalan-jalan alias piknik jadi pilihan yang asyik. Di tahun 2020 infrastruktur
lima kawasan wisata yang disebut “Bali Baru” akan rampung. Ada Danau Toba, Labuhan
Bajo dengan komodonya, Bunaken di Sulawesi Utara dan Bangka Belitung yang pantainya mempesona, serta Borobudur yang
tidak hanya menjual candi tetapi juga alam dan budaya adiluhung. Bahwa tiket
pesawat masih mahal, cobalah lewat darat sambil menyusuri “tol Jokowi”.
Harus diakui era Jokowi infrastruktur menjadi
primadona. Tol Jakarta-Cikampek harus ditambah lagi dengan “tol melayang” yang
dibuat dengan cepat – jadi dimaklumi kalau ada sedikit gelombang. Yang kurang
dari Presiden Jokowi adalah sektor pengawasan. Ini yang melahirkan banyak kasus
dari defisit BPJS, Jiwasraya, Garuda dan banyak contoh lain.\
(Koran Tempo 28 Desember 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar