Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda
ANDA sehat? Pertanyaan itu sering muncul di media
sosial. Pertanyaan ini sesungguhnya bukanlah betul-betul menanyakan kesehatan
seseorang, tetapi lebih banyak menyindir. Mungkin orang yang ditanya itu
menulis kata-kata yang cenderung tidak sehat. Misalnya nyinyir. Atau suka
menulis hal-hal yang tidak pantas dikatakan. Sehingga orang pun bereaksi dengan
menanyakan kesehatannya. Yang sejatinya ditanya bukan sehat badan dan raga, tetapi
pikirannya, sehat atau tidak?
Kalau pikirannya tidak sehat pertanda orang tersebut
miskin rohaninya. Kemiskinan ini sulit untuk dientaskan dengan bantuan orang
lain kalau yang bersangkutan sendiri tidak ada minat untuk itu. Miskin rohani susah
untuk dientaskan karena mereka orang yang bisa saja sehat raganya, kehidupannya cukup sandang dan makan, tetapi
perilakunya sering menyimpang.
Dalam sastra Hindu ada dua jenis kemiskinan. Miskin
secara phisik yang disebut daridra. Miskin
seperti itu banyak faktor penyebabnya. Mungkin karena pendidikannya rendah
sehingga tak punya kemampuan bersaing dalam mendapatkan pekerjaan. Penyebab
rendahnya pendidikan juga karena berawal dari keluarga yang miskin. Bagaimana
orang sekolah kalau tak bisa membeli buku, membayar uang sekolah dan bahkan
harus ikut orangtua bekerja mencari nafkah?
Maka jadilah orang miskin karena pendidikan dasarnya kurang.
Miskin yang satu lagi adalah miskin secara rohani.
Ini disebut dinabuddhi. Untuk
memperbaiki hidup orang-orang yang tergolong dinabuddhi ini sulit. Mereka bisa saja memiliki kekayaan dan karena
itu biasanya angkuh. Kalau bersembahyang minta di depan meski datang
belakangan, apalagi kalau disorot televisi mereka paling awal mejeng. Kalau
memberikan bantuan harus ada imbalan untuk pamer, misalnya, mengundang wartawan. Sepintas kelihatannya rajin beribadah namun
budinya kosong dan tak ada tanda-tanda meningkatkan kehidupan spiritualnya.
Ajaran Hindu menyebutkan cara mengentaskan
kemiskinan rohani ini adalah dengan mengajak mereka berbuat di jalan dharma.
Kelihatan mudah tetapi amatlah sulit mengajak orang berbuat di jalan dharma
itu. Apalagi kalau kekayaan mereka itu didapat dengan penuh serakah, misalnya,
korupsi. Atau perbuatan lain yang tergolong jahat. Juga karena pengaruh lingkungan
dan kekerabatan di antara orang-orang kaya yang miskin rohani. Dalam Rg Weda VII.86.6 ada disebutkan: “Orang-orang
hendaknya jangan melakukan dosa di dalam hidupnya. Tetapi lingkungan yang
menjadikan demikian. Adapun penyebab perbuatan dosa, antara lain, minuman
keras, suka mencela orang lain, judi dan kebodohan.” Lingkunganlah yang paling
sering menghancurkan orang-orang baik sehingga ia menjadi orang miskin rohani.
Orang-orang yang miskin rohani ini bisa diperbaiki
dengan cara mengajaknya mempelajari agama. Tidak harus langsung membaca kitab
suci, purana, ithiasa dan sebagainya, tetapi bisa dengan memperkenalkan
lingkungan yang dekat dengan dunia rohani. Akan tetap menjadi sulit kalau
lingkungan tidak mendukung. Minat baca rendah karena itu kita bisa mengajaknya
dengan mendengarkan pesantian, ceramah keagamaan dan sebagainya. Kita harus
menciptakan suasana supaya mereka tertarik dengan lingkungan baru yang mengarah
kepada kehidupan spiritual yang lebih baik.
Memang, kita harus sangat sabar. Mereka bisa saja
ikut rajin mendengarkan kekawin, geguritan dan sebagainya, tetapi prilakunya belum
tentu berubah. Masih suka berjudi, mabuk minuman keras, serakah dan seterusnya.
Tetapi kita jangan menyerah untuk mengentaskan kemiskinan rohani ini dengan menuntunnya
lebih tekun dan memberi teladan yang baik.
Sekarang ini banyak ada perkumpulan yang mengarah
kepada kehidupan spiritual menuju jalan dharma. Berbagai ormas Hindu lahir dan
memperkenalkan dirinya ke masyarakat. Ada yang tujuan utamanya melakukan
tirthayatra, ada yang berusaha menghimpun diri dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan yang membahas kasus-kasus yang terjadi di masyarakat
berkaitan dengan adat dan budaya agama. Semuanya itu baik karena kita harus
mencetak lebih banyak orang yang sehat secara rohani karena sehat badan saja
tidaklah cukup. Dalam era moderen di mana persaingan sumber daya manusia begitu
ketat, umat Hindu harus tampil lebih prima. Janganlah menjadi orang yang sehat
tetapi rohani kita miskin, tetapi bangunlah badan dan jiwanya sesuai dengan
konsep Hindu. Sehat rohani dan sehat pula jasmani. (*)
Sangat mencerahkan... suksma
BalasHapus