Sabtu, 28 Desember 2019

2020

Putu Setia | @mpujayaprema
Apa rencana kalian di tahun 2020 nanti? Pertanyaan yang klise tapi tetap menjadi obrolan menarik. Seolah-olah begitu kalender bulan Desember habis, kita harus punya rencana yang pasti. Tanpa ada rencana, tahun baru hanya berlalu dengan kuping yang capek mendengar bunyi petasan dan kembang api.

Menikah di tahun 2020 sebuah keberuntungan karena indah untuk dikenang. Apalagi kalau tanggalnya tepat 20 Februari akan punya angka sakti 2022020. Tapi tanggal itu akan merepotkan karena tak ada waktu untuk mengikuti Kursus Pranikah sebagai persyaratan untuk mendapatkan Sertifikat Perkawinan. Mulai 2020 tak hanya punya tanah yang harus memiliki sertifikat, punya istri juga butuh sertifikat.

Beruntunglah yang sudah menikah dan istrinya lagi hamil besar. Boleh dirancang untuk melahirkan di tanggal-tanggal cantik itu. Pilihan menarik ada pada 2 Februari dan 20 Februari. Ada yang memprediksi angka kelahiran di tanggal yang istimewa itu akan banyak dilakukan. Tentu dengan merekayasa lahirnya sang bayi dengan teknik sesar.

Karena itu BPJS sudah mengantisipasi soal rekayasa ini. Kelahiran sesar di tahun 2020 diperlakukan dengan persyaratan ketat, hanya karena alasan kesehatan. Selama ini nampaknya BPJS kecolongan. Ibu yang seharusnya melahirkan secara normal bisa lewat sesar yang biayanya jauh lebih tinggi. Di sektor ini BPJS menyumbang defisit yang besar. Kini ada banyak perubahan kebijakan yang dilakukan BPJS setelah kabinet jilid 2 Jokowi terbentuk. Selain mengevaluasi cara-cara penanganan pasien yang diduga “ada main” dengan dokter atau rumah sakit setempat, kebijakan yang banyak diprotes adalah kenaikan iuran sampai dua kali lipat.

Ada benarnya defisit BPJS yang terus membengkak karena pengawasan yang kendor di sektor terdepan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat I, yang ada di Puskesmas dan sejumlah dokter swasta. Mudah memberi rujukan ke Faskes Tinggat II. Di sisi lain, peserta BPJS kelas 1 yang iurannya kini menjadi Rp 160 ribu perbulan sudah lama kecewa karena jika dirawat inap di rumah sakit tidak mendapatkan kamar yang sesuai kelasnya. Alasannya sangat klasik, kamar  penuh. Ini yang menyebabkan banyak peserta BPJS kelas 1 yang turun kelas. Apakah defisit BPJS bisa teratasi?

Jadi, jangan sakit di tahun 2020, karena nampaknya BPJS tak akan berubah banyak dari sisi pelayanan, meski pun iurannya naik 100 persen. Jangan pula merekayasa kelahiran dengan memaksa operasi sesar untuk menyesuaikan dengan tanggal-tanggal yang dianggap istimewa. Biarkan persalinan dilakukan secara normal karena menurut para tetua kita, si jabang bayi menentukan sendiri hari kelahirannya dan dari hari yang dipilihnya itu tercermin bagaimana wataknya.

Lalu, apa dong rencana kalian di tahun 2020? Mungkin jalan-jalan alias piknik jadi pilihan yang asyik. Di tahun 2020 infrastruktur lima kawasan wisata yang disebut “Bali Baru” akan rampung. Ada Danau Toba, Labuhan Bajo dengan komodonya, Bunaken di Sulawesi Utara dan Bangka Belitung  yang pantainya mempesona, serta Borobudur yang tidak hanya menjual candi tetapi juga alam dan budaya adiluhung. Bahwa tiket pesawat masih mahal, cobalah lewat darat sambil menyusuri “tol Jokowi”.

Harus diakui era Jokowi infrastruktur menjadi primadona. Tol Jakarta-Cikampek harus ditambah lagi dengan “tol melayang” yang dibuat dengan cepat – jadi dimaklumi kalau ada sedikit gelombang. Yang kurang dari Presiden Jokowi adalah sektor pengawasan. Ini yang melahirkan banyak kasus dari defisit BPJS, Jiwasraya, Garuda dan banyak contoh lain.\

(Koran Tempo 28 Desember 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar