Sabtu, 22 Agustus 2020

Obat Corona

Putu Setia | @mpujayaprema

Kasus positif Covid-19 terus bertambah. Sampai Jumat kemarin yang terpapar positif 149.408 orang dan yang meninggal 6.500 orang. Bagi yang optimistis dan suka bercanda, satu-satunya yang tak bertambah adalah jumlah provinsi yang terdampak. Dari dulu tetap 34 provinsi.

Tapi memang ada yang membuat kita optimistis. Angka kesembuhan terus bertambah. Catatan pada Jumat kemarin, angka kesembuhan mencapai 102,991 orang. Patut diapresiasi para tenaga medis, meski pun di kalangan mereka ada yang menjadi korban.

Apa yang menyebabkan pasien corona bisa sembuh? Bukankah belum ditemukan obatnya? Ini pertanyaan orang awam yang tak bisa dijelaskan oleh para ahli. Kalau pun ada jawaban, mudah sekali obatnya.  Orang yang terpapar corona diberi vitamin, makanan yang bergizi, tidur cukup, selalu optimistis dengan ceria, berjemur di panas matahari, dan seterusnya. Dengan gaya hidup ini, keimunan seseorang bertambah untuk menguatkan daya tahan dari serangan virus corona. Itulah yang menyembuhkan.



https://youtu.be/7UdOVwjTHxI

Tidak ada obat khusus. Kalau kenyataannya orang sembuh bertambah setiap hari, lalu untuk apa repot-repot menemukan obat corona? Personel TNI AD lebih baik berfokus menjaga keutuhan negeri. Badan Intelijen Negara tak usah sibuk mengurusi virus yang tak terlihat mata, fokuslah menginteli penghianat yang lebih besar dari virus. Jadi, kerjasama TNI AD, BIN dan Universitas Airlangga menemukan obat corona seperti mubazir. Hasil penelitian mereka yang sudah diujicoba belum disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan,

Apakah tim akan berhenti meneliti obat Covid-19? Sebaiknya diteruskan, sudah kepalang basah. Apalagi BPOM tak menyuruh penelitian dihentikan, namun memperbaiki metodenya termasuk uji cobanya. Lebih baik lagi para ahli di luar tim itu ikut memberikan pengarahan, meski pun konon tim Unair ini sudah melaporkan setiap tahap penelitiannya kepada BPOM.

Kita bangga andai obat corona itu berhasil ditemukan di negeri sendiri. Negara-negara lain sudah mengklaim temuannya sukses. India diberitakan sudah menemukan  2 jenis obat Covid-19 yakni remdesivir dan tocilizumab. Peneliti Hong Kong menemukan kombinasi tiga obat yang disebut dapat menekan virus corona jenis baru. Madagaskar juga mengklaim menemukan obat Covid-19 dalam bentuk herbal.

Kalau urusannya herbal atau jamu-jamuan, leluhur kita tak kalah hebat. Warisannya terus dipraktekkan para anak cucu. Jahe, temulawak, kunir, daun sereh, daun kemangi dan banyak lagi tanaman herbal, sudah dicoba oleh sebagian masyarakat. Ada warga Lampung yang pernah mengklaim jamu penyembuh corona dengan janji bersedia ditahan kalau pasiennya tak sembuh. Tapi tak ada yang menanggapi. Yang heboh adalah Hadi Pranoto yang kini kasusnya diproses secara hukum karena dianggap menyebarkan berita bohong. Pranoto mengaku menemukan obat Covid-19 ketika diwawancarai musikus Erdian Aji Prihartanto dan disebarkan lewat YouTube.

Jangan-jangan Covid-19 tak perlu ada obat khusus. Serahkan saja bagaimana masyarakat menyikapinya. Mau daun sereh dicampur jahe merah, monggo. Mau racikan hydrochloroquine dan azithromyci, seperti salah satu racikan dari tiga jenis racikan tim Unair, silakan. Toh obat seperti azithromyci yang disebut BPOM obat keras, bisa dibeli bebas di apotek pedesaan. Sering disarankan dokter sebagai antibiotik jika batuk tak kunjung reda.

Cuma saran, kalau mau ngotot menemukan obat corona, para ahli farmasi dan epidemiolog bersatu padu, bukan saling menyalahkan. Sementara itu Covid-19 dihadang dengan protokol kesehatan yang ketat.

(Koran Tempo 22 Agustus 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar