Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda
PEKAN depan, tepatnya pada 14 Februari 2019, sudah
dipastikan akan menjadi hari yang heboh untuk kalangan remaja di seluruh dunia,
tak terkecuali di Indonesia. Itu adalah Hari Valentine yang di dunia barat
dikenal sebagai Valentine Day. Sebuah hari di mana para kekasih yang sedang
dimabuk cinta saling memberikan kado atau hadiah istimewa. Umumnya berupa
karangan bunga. Valentine Day lebih dekat dengan umat Kristiani karena melibatkan
gereja sebagai tempat kegiatan perayaan.
Apakah umat Hindu tidak punya hari kasih sayang? Ternyata
punya. Bahkan maknanya jauh lebih luas karena tak hanya melibatkan para remaja
atau orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Hari kasih sayang umat Hindu justru
melibatkan seluruh orang tanpa memandang usia. Hari inilah hari kasih sayang
itu, Saniscara Kliwon atau Sabtu Kliwon yang disebut sebagai Tumpek Krulut.
Tumpek Krulut dimanifestasikan sebagai turunnya Dewa
Iswara. Inilah simbol dewa yang membawakan kasih selain dipuja sebagai dewa
yang mencintai kesenian. Karena itu umumnya pada hari ini orang melakukan
syukuran karena memiliki seperangkat gamelan gong atau di Bali biasa disebut
“piodalan gong”. Akan halnya sebagai hari kasih sayang tentu saja tak banyak
dikenal, selain memang dalam konsep Hindu kasih sayang itu harus diberikan
setiap saat, bukan hanya pada hari tertentu saja.
Di benua India yang budaya agamanya berbeda dengan
Bali meski pun Hindu sumbernya di sana, hari kasih sayang itu juga ada. Yakni
pada hari yang disebut Raksa Banda dan Walmiki Jayanti. Pada hari itu anak-anak
memberikan persembahan bunga kepada orang tuanya. Sungguh menjadi hari kasih
sayang yang ditunggu-tunggu pula seperti halnya Hari Valentine.
Kasih sayang dalam ajaran Hindu pun tak sesempit
dibandingkan Hari Valentien. Kasih sayang dalam Hindu tak cuma dilakukan kepada
seorang kekasih, seorang pacar, seorang istri, tetapi kepada semua orang.
Terutama sekali adalah kasih sayang kepada orang tua, bapak dan ibu yang
melahirkan kita ke dunia ini. Kitab Sarassamucaya Sloka 241 menyebutkan: “Orang yang menghormati dengan penuh kasih
sayang kepada orang tuanya, yang membuat orang tua itu senang dan bahagia,
pahalanya adalah ia akan selalu mendapat berkah dalam kehidupan ini, baik yang
sekarang maupun di kemudian hari.”
Pada sloka sebelumnya (Sarassamucaya 240) sudah
ditegaskan beratnya menjadi seorang ibu. “Beratnya kewajiban seorang ibu jauh melebihi beratnya bumi, tidak dapat
disangkal sepenuhnya. Juga lebih tinggi kemuliaan bapak dari tingginya langit.”
Kedua orang tua inilah yang paling utama untuk diberikan salam kasih oleh
seorang anak, karena keduanya itu telah melimpahkan kasih sayang yang tak ternilai. Pada Sarassamucaya Sloka 243
disimpulkan bahwa seorang anak wajib untuk menimbulkan kesenangan kepada kedua
orang tuanya dengan perbuatannya dan rasa kasih sayangnya.
Sebaliknya bagi seorang ibu kecintaan kepada
anak-anaknya tidak boleh pilih kasih, apakah dia cakap atau tidak, miskin atau
kaya, ganteng atau tidak, semuanya dipelihara dengan rasa cinta dan kasih.
Inilah yang diajarkan dalam Hindu lewat kitab yang penuh dengan ajaran etika,
Sarassamucaya.
Dalam praktek keseharian umat Hindu di Bali, hari
kasih sayang itu terdapat di berbagai hari keagamaan, apakah itu pada saat piodalan
atau hari besar seperti Galungan, Kuningan, Nyepi. Kasih sayang ada saat-saat bersama baik
tatkala bersembahyang maupun saat mempersiapkan persembahyangan. Berkumpulnya
keluarga adalah kasih sayang itu sendiri, meski tanpa terucapkan.
Cinta kasih adalah konsep ajaran Hindu yang paling
mendasar. Hidup saling sayang menyayangi bukan saja ditujukan antar manusia
tetapi juga menyayangi seluruh kehidupan di bumi ini. Bhagawan Sri Sathya
Narayana juga menyebutkan bahwa cinta kasih itu adalah inti dari atman, jiwa
dalam raga manusia. Setiap orang adalah perwujudan dari cinta kasih dan itu
menjadi kekuatan yang membawa manusia hidup bersama-sama.
Cinta kasih tak melulu hubungan antara manusia
dengan Tuhan yang bersifat vertikal, yang mengajarkan bahwa sejatinya kita
adalah atman yang merupakan percikan Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Namun
juga hubungan horisontal antar manusia dan antar makhluk hidup. Dengan begitu
hari kasih sayang memang tak harus dirayakan hanya sekali dalam setahun, tetapi
setiap hari dalam setahun. Mari kita puja Dewa Iswara untuk memancarkan
kesuciannya dalam memberi kasih sayang. (*)
Informasi yang bagus ada hari kasih sayang versi Hindu.
BalasHapus