Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda
ADA presenter kondang di sebuah acara televisi yang
berpindah agama. Sebelumnya dia penganut Katolik lalu pindah menjadi penganut
Islam. Istilah di kalangan umat muslim adalah menjadi mualaf. Karena dia
seorang pesohor maka berita itu pun menjadi viral. Ya, namanya saja artis, apa
pun kegiatan kesehariannya selalu menjadi berita. Apalagi urusan pindah agama,
sesuatu yang selalu menjadi berita menarik di tengah-tengah orang yang kini
gemar “menjual agama”.
Sebetulnya itu tidak ada yang salah. Dalam sejarah
penyebaran agama, urusan mencari pengikut adalah bagian dari ibadah. Mencari
pengikut sebanyak-banyaknya. Karena itu ada istilah agama missi, artinya missi
setiap agama adalah mengajak orang lain untuk memeluk agama yang ditawarkan.
Bahkan di awal-awal penyebaran agama tak jarang ajakan itu disertai dengan
pemaksaan bahkan dengan perang. Kini tentu saja cara-cara menjalankan missi itu
mengikuti perkembangan peradaban. Tidak lagi lewat perang terbuka tetapi bisa
dengan “kampanye damai”, misalnya, memberitakan siapa yang berpindah agama.
Jika mereka kalangan selebritas maka itu menjadi hal menarik.
Apakah agama Hindu juga tergolong agama missi? Tentu
saja. Kalau tidak bagaimana pengikut Hindu terus bertambah. Cobalah simak sloka
di dalam kitab Yajur Weda XXV.2 yang berbunyi: Yathenam wacam kalyanim, awadai janebhyah, rajanabhyam, cudra ya caryaya ca swaya carana
ca. Terjemahan bebas sloka ini adalah: “Biar kuajarkan pengetahuan suci ini
kepada orang banyak, kaum brahmana, kesatria, sudra dan waisya dan bahkan
kepada orang asing sekali pun.”
Jelas hal ini menunjukkan bahwa agama Hindu adalah
agama missi. Hindu bukanlah agama yang pasif untuk mencari pengikut. Ajaran
Sanatha Dharma ini terus disebarkan oleh para cerdik pandai di masa lalu,
melewati batas-batas di mana ajaran itu bermula. Sloka ini jelas menunjukkan
bahwa ajaran Hindu harus disebar-luaskan kepada semua lapisan masyarakat, apa
pun warnanya, apakah dia brahmana, kesatria, waisya atau sudra. Bahkan kepada
orang asing.
Pengertian orang asing dalam sloka ini bukan saja
lintas negara, tetapi orang-orang yang bukan pemeluk Hindu. Dalam sejarah
penyebaran Hindu ke Nusantara yang dimulai pada abad ke 4 di Kutai, Kalimantan,
jelas bagaimana gigihnya para missionaris Hindu menyebarkan keyakinan Sanatha
Dharma ini. Dari Kutai agama Hindu kemudian menyebar ke Jawa, Sumatra dan
pulau-pulau lainnya. Dari Jawa agama Hindu pun menyebar ke Bali. Silih berganti
para pemuka agama termasuk para pendetanya datang ke Bali dan menata masyarakat
Bali termasuk memberikan keyakinan akan kebenaran ajaran Hindu.
Memang pernah ada wacana yang muncul bahwa agama Hindu
bukanlah agama missi. Umat Hindu tak perlu mencari pengikut. Bahkan dibuat
analogi yang menyebutkan bahwa Hindu itu ibarat sebuah kolam yang indah.
Biarkanlah katak yang datang ke kolam itu, bukan kolam yang mencari katak.
Maksudnya, biarlah orang lain yang tertarik kepada Hindu dan bukan umat Hindu
yang mencari-cari pengikut. Dalam era globalisasi sekarang ini tentu saja
analogi itu keliru.
Agama Hindu harus disebarkan. Namun, dalam menyebarkan
missinya, umat Hindu tentu tak menggampangkan caranya, apalagi dengan cara-cara
yang tidak beretika. Misalnya mengiming-imingi bantuan agar mau tertarik masuk
Hindu. Apalagi dengan menyebarkan brosur ke pasar-pasar dan membujuk ibu-ibu
pedagang. Juga dengan menjelek-jelekkan agama lain agar mau tertarik kepada
Hindu. Tidak, bukan cara itu yang dilakukan.
Ada pedoman yang baku dalam penyebaran agama di Indonesia
yakni “jangan mengagamakan orang yang sudah beragama”. Artinya, kalau seseorang
itu sudah memeluk agama yang sah diakui negara, janganlah dipaksa untuk pindah
agama. Tetapi orang bisa pindah agama dan kepindahannya itu harus dihormati
jika muncul dari keinginannya sendiri. Ada orang Hindu yang pindah ke agama
lain karena keinginannya sendiri. Tetapi juga banyak pemeluk agama lain yang
pindah memeluk Hindu karena hal yang sama, menemukan kedamaian di dalam ajaran Weda.
Bagaimana menjalankan missi itu? Sebaiknya umat Hindu tetap
beretika, yakni menyebarkan kedamaian dan mengabarkan Hindu punya ajaran yang
sangat lengkap. Semua ajaran agama lain ada di dalam Weda, namun apa yang ada
di dalam Weda belum tentu ada di agama yang lain. Lalu yang penting, kepada
pemeluk Hindu yang baru, berikan pesan untuk tidak memamerkan agama barunya,
apalagi menjelekkan agama sebelumnya. Tekankan pada mereka, agama itu bukan
untuk dipamerkan tetapi untuk diamalkan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar